BOLEH BENCI TAPI JANGAN GOBLOK!
Tadi saat pulang dari tempat bekerja (6
Januari 2017) saya menggunakan jasa ojek online (Grab Bike), karena usai hujan dan hari ini hari Jumat agak sulit langsung
mendapatkan ojek yang tersedia. Setelah beberapa kali melakukan order, akhirnya
saya mendapatkan driver dengan nama Bapak H, sebut saja demikian.
Saya lihat ia memakai helm warna keemasan
(gold) yang artinya ia adalah salah satu driver terpilih tersebab prestasi
mendapatkan banyak penumpang dengan rating bintang 5. Bapak H menyapa saya dan
kami meluncur membelah jalanan yang basah.
Seperti biasa terjadi percakapan saya dan
tukang ojek, dalam hal ini Bapak H. Semula ia mengeluh soal kenaikan tarif
STNK, dan saya amini bahwa kebijakan tidak populer itu tidak pas untuk situasi
awal tahun baru. Lalu ia juga mengkritisi habis soal kebijakan Jokowi yang akan
menaikkan harga BBM dan TDL. Ia sempat berucap, ”Jokowi harus direvolusi!” Saya
tanya caranya bagaimana? Ia bilang people power. Seperti aksi demo bela Islam.
Boleh juga pemikiran Bapak H ini.
Diskusi ini sesekali diselingi teriakkan
karena kecepatan motor dan desiran angin yang membawa suara. Saya setuju dengan
pendapat kenaikkan tarif STNK, BBM, harga cabe dan TDL adalah suatu kebijakan
yang tidak pro rakyat. Namun semua hal itu berubah ketika kami ganti topik
pembicaraan.
Ia tiba-tiba berujar ke saya, ”Pak, Bapak
percaya bahwa bumi ini datar?” Saya agak terperangah dengan pertanyaan itu.
Saya balik bertanya, ”Bapak percaya?” Dan dengan sangat yakin ia menjawab bahwa
bumi ini datar, bahwa bumi yang kita tempati ini adalah suatu ruang datar.
Bahkan ia menambahkan, dalam Al-Quran, tidak ada penjelasan bahwa bumi ini
bulat! Saya istighfar dan masih sambil di atas motornya yang melesat di jalanan
macet, saya membantah tentang teori bumi
datar.
Namun semua teori yang saya ungkapkan ia
bilang adalah ilmu atau pengetahuan dari dunia barat (bukan Islam, untuk tidak
mengatakan pengetahuan Kafir Yahudi). Saya miris sekaligus geram.
Akhirnya saya yang tadinya slow dengan teori
bumi bulat mulai mencecar dia dengan pertanyaan:
1. Kalau bumi ini datar, sekarang ini malam dan gelap. Terang apabila
siang dan ada matahari. Di manakah posisi matahari saat malam? Dia diam.
2. Kalau bumi ini datar, kenapa kiblat umat muslim menghadap ke Barat di
mana dari Indonesia posisi Kabah (Mekkah) berada di sana. Dan ketika kita
berada di Kabah, kita salat mengelilingi kabah? Tidak membentuk saf panjang?
Dia diam.
3. Kalau bumi ini datar, kenapa para pelayar atau pelaut tidak pernah
jatuh di penghabisan atau di ujung bumi yang datar, tapi ia bisa kembali ke
titik awal saat ia berlayar? Dia diam.
4. Kalau bumi ini datar, kenapa kita melihat bulan bulat sempurna saat
bulan purnama? Dia diam.
5. Kalau bumi ini datar, kenapa manusia-manusia yang pernah ke bulan atau
luar angkasa tidak pernah mengatakan bahwa bumi itu datar sebagaimana
penglihatan mereka dari bulan atau luar angkasa? Dia jawab. Karena yang ke
bulan itu orang-orang KAFIR dan KOMUNIS!
Nah, di sini saya langsung menepuk pundak dia
dengan cukup keras dan kebetulan saat itu kami sudah sampai ke tujuan, sambil
turun saya berkata dengan cukup tajam:
”Pak, kita boleh membenci Jokowi, Ahok, Asing,
Aseng, Kafir, Komunis, Liberal dan Yahudi, tapi tolong kita jangan jadi GOBLOK
seperti Bapak saat ini!”
Sepertinya ia akan menyanggah, tapi saya
keburu bayar ongkos dan memberikan uang lebih sembari saya berkata
lagi,”Apabila Bapak masih cinta sama Islam dan Al-Quran yang penuh dengan
kajian-kajian keilmuan, percayalah bahwa BUMI ITU BULAT!”
Semoga setelah diceramahi saya tentang BUMI
BULAT, Bapak H ini kembali ke jalan yang benar. Jalanan saja ada yang
belok-belok, berliku-liku, turun naik. Mengapa bumi harus datar? Mikir!
Saat menulis status ini, saya merenung betapa
dahsyat ceramah-ceramah tentang teori Bumi Datar yang dikumandangkan di majelis
taklim yang Bapak H ikuti ini dan betapa terbodohinya para pengikutnya, betapa
ternyata banyak yang jadi GOBLOK karena pengetahuan tentang bumi bundar
bersumber dari para pemikir-pemikir Barat (Kafir) yang mereka BENCI. Benci
boleh tapi jangan jadi GOBLOK! Dan hal ini saya kira yang diembus agar umat
(manusia) di Indonesia khususnya kaum muslim di Indonesia terpecah untuk
berdebat hal yang tidak perlu.
Setelahnya
saya memberikan ia, Bapak H itu rating bintang 5, karena mengendarai
motor dengan jatmika dan mengantar saya dengan aman dan selamat sampai tujuan.
Tak lupa di kolom komentar untuk Grab Bike saya tuliskan: ”Semoga bapak diberi
hidayah utk tdk percaya bahwa bumi ini datar. Aamiin.”
Jakarta, 6 Januari 2017