Ulasan Singkat Perempuan Lolipop
Oleh: Maghie Oktavia
Pertama kali melihat cover buku kumpulan cerpen (kumcer) karya Bamby Cahyadi yang berjudul “Perempuan Lolipop” di media social facebook, terus terang saya kurang tertarik untuk membeli buku tersebut. Kesan pertamaku, cerita-cerita dalam buku ini sepertinya seputar cinta yang ditulis dengan gaya yang sangat nge-pop (yang kebetulan bukan seleraku). Sekali lagi, ini hanya kesan pertama.
Tapi lalu saya memutuskan membeli buku kumcer ini karena kebetulan saya kenal penulisnya, dalam artian pernah bertemu dan berbincang-bincang dengan beliau yang menurutku orangnya ramah dan jauh dari kesan arogan. (catatan: attitude penulis juga bisa mempengaruhi pembaca untuk membeli produknya yang berupa buku, terlepas dari apakah setelah dibaca pembaca menilai karyanya bagus atau kurang bagus yang tentunya juga kembali pada selera pembaca tersebut). Catatan tentang attitude ini tentu tak akan diperlukan anda sebagai penulis yang tak peduli bukunya mau laku atau tidak, karena mungkin penulis tersebut lebih mementingkan dirinya menerbitkan buku dulu dan menjadikan dirinya terkenal dulu saja atau bagi penulis yang merasa sudah terkenal sehingga merasa tak perlu bersikap ramah kepada pembaca baik secara langsung ataupun di dunia maya haha.
Isi cerita di buku ini ternyata diluar dugaan dari kesan pertama tadi, karena setelah dibaca terasa sekali balutan nuansa kematian dan mistis disana.
Diawali oleh “Credo Quia Absurdum”. Cerita yang berakhir tragis dengan kematian seorang anak akibat kelalaian ayahnya sendiri, yang sebenarnya kisah kematian itu telah ‘dibaca’ oleh seorang cenayang yang adalah kerabat sang ayah. Kisah ini seolah memberi pesan bahwa kelebihan seseorang yang bisa ‘membaca’ masa depan seyogyanya bisa menjadi masukan untuk kita agar lebih waspada saja. Sedikit catatan dari saya bahwa saya merasa belum begitu terhubung erat dengan para tokoh dalam cerita ini, lalu ternyata sudah tiba pada ending-nya sehingga terasa berakhir terlalu cepat.
Lalu ada cerita tentang roh yang berpindah dari tubuh korban yang telah meninggal ke tubuh pembunuhnya sehingga roh itu kebingungan dalam “Tubuhku Tersesat di Jalan Pintas”. Mungkin setelah membaca akan terlintas dalam hati anda, “mungkinkah sesungguhnya hal ini bisa terjadi pada seseorang yang telah meninggal?”. Menurutku ide dan imaji penulis pada cerita ini cukup unik. Selain itu cara penulis mengemas cerita mistis yang didalamnya terselubung kisah miris tentang perselingkuhan di lingkungan kerja yang kerap kali nyata terjadi pada keseharian kita, mampu membuat saya pribadi sebagai pembaca menjadi pribadi yang kehilangan emphaty pada sang tokoh utama, yang sebenarnya teraniaya dalam cerita.
Masih ada beberapa cerita lainnya yang mengangkat tentang kisah ‘roh’ ini, seperti juga pada “Dua Rangkai Kisah Kematian”. Hanya saja pada cerita yang ini, saya sempat bingung merangkai benang merah yang menguatkan proses masuknya roh Dadang dalam tubuh Ray, yang rohnya juga seolah terperangkap di tempat lain. Terkesan lebih absurd, namun kembali lagi, penulis seolah mengajak kita bermain-main dalam dunia mistis.
Saya tergelitik oleh kisah benda mati (dalam hal ini pistol) yang bisa berkomunikasi dengan seorang anak polisi penderita epilepsi dalam cerita “Aku, Polisi dan Pistol”, dimana justru pistol inilah yang dijadikan media oleh penulis untuk mengungkap seluruh cerita. Menarik menurutku, walau diakhir cerita sedikit catatanku adalah bagaimana mungkin si anak lalu bisa menggunakan pistol tersebut? Siapa yang mengajari?
(pentingkah pertanyaan ini sebagai masukan bagi penulis untuk sebaiknya menyelipkan sedikit cerita didalamnya, yang menunjukkan bahwa sang ayah pernah menunjukkan cara menggunakan pistol tersebut kepada anaknya?).
Mengulas cerita-cerita dalam buku ini memang cukup menarik, walau tak mungkin membahas semuanya karena akan membuat tulisan ini menjadi sangat panjang. Disamping itu, terutama karena saya merasa saya bukan seorang kritikus ataupun pengulas cerita dan tidak punya keahlian untuk itu, jadi ulasan singkat saya ini hanya sekedar pendapat saya saja sebagai pembaca dan ini kali pertama saya melakukannya. (Saya menulis ini karena agak ‘terpaksa’ sebenarnya.. hahaha … peace Mas Bamby :D).
Lalu bagaimana dengan kisah “Malaikat Mungil dan Perempuan Lolipop” yang bagian judul ceritanya dijadikan judul utama dari buku kumcer ini? Baru membaca paragraph pembukanya, cerita ini sudah berhasil memikat saya. Dan saya dibuat takjub, bagaimana bisa penulis menggambarkan sosok malaikat dengan gambaran yang sangat unik dan ajaib. Jauh dari kemungkinan pemikiran tentang malaikat yang bisa muncul dari pemikiran kita sebagai manusia normal pada umumnya. Setelah diikuti, ternyata kisah inipun masih mengangkat tema seputar kematian, yang sepertinya menjadi semacam lingkaran yang menaungi sebagian besar kisah-kisah di dalam buku ini.
Anda akan menemukan beragam cerita menarik lainnya. Tentang kisah perjuangan seorang pemuda kampung dalam menggapai impiannya sebagai penyanyi terkenal di ibukota, yang dibumbui sedikit nuansa mistis karena melibatkan paranormal (sekali lagi). Ada juga kisah tentang rahasia perjuangan seorang Ibu dalam membesarkan dan menyekolahkan anak-anaknya dibalik derita kesunyiannya, kisah tentang misteri yang dialami sebuah keluarga di daerah tempat tinggalnya yang baru, intrik pembunuhan akibat kekuasaan dan perselingkuhan dan masih banyak kisah lain yang mengangkat tema keseharian, selain tema kematian yang berbumbu mistis, hingga ada kisah tentang reinkarnasi gadis peniup harmonika yang akan membuat anda penasaran dan membawa imaji anda ke sisi dunia lain yang terkadang terasa absurd.
Dari keseluruhan cerita, yang menjadi favorit saya adalah “Peniup Harmonika“. Namun saya memilih untuk tidak membahasnya disini biar anda membacanya sendiri nanti (dengan kata lain anda disarankan segera membeli bukunya jika belum punya :D).
Lalu, bagaimana dengan anda yang sudah membaca buku ini? Cerita mana yang menjadi favorit anda?
Sekali lagi, kembali kepada selera yaaa dan saya yakin anda sebagai pembaca punya penilaian beragam terhadap kisah-kisah yang tersaji dalam buku kumpulan cerpen “Perempuan Lolipop” karya Bamby Cahyadi ini :D