Sumber: Tentang Penulis Novel Kembang Gunung Purei, penerbit Gramedia Pustaka Utama, April 2005, halaman 225.
Lan Fang lahir di Banjarmasin pada tanggal 5 Maret 1970 dari pasangan Johnny Gautama dan Yang Mei Ing, sebagai anak sulung dari dua bersaudara. Adiknya bernama Janet Gautama. Pada tahun 1988, ia menyelesaikan SMA-nya di Banjarmasin lalu meneruskan dan menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Surabaya (UBAYA).
Walaupun terlahir dalam keluarga keturunan Cina yang cukup konservatif dan lebih berkonsentrasi kepada dunia bisnis, Lan Fang sudah suka menulis dan membaca sejak usia sekolah dasar. Buku-buku Enid Blynton, Laura Ingals Wilder, atau sekadar majalah anak-anak, seperti Bobo dan Donal Bebek, telah mengantar imajinasinya ke dunia lain. Di sekolah pun, pelajaran kesukaannya adalah pelajaran Bahasa Indonesia, terutama mengarang. Sebetulnya keinginan Lan Fang untuk menulis cerpen sudah mulai ada sejak SMP ketika bacaannya mulai beralih kepada majalah-majalah remaja seperti Anita Cemerlang dan Gadis. Tetapi karena dianggap “ganjil” dan “tidak tertangkap mata” oleh keluarganya, tidak ada motivasi kuat untuk mempertajam talentanya. Keinginan menulis itu pun terlupakan begitu saja.
Ketika ia berusia 13 tahun, ibunya meninggal dunia karena kanker otak yang ganas. Sejak itu ia selalu merasa dirinya tidak lengkap, namun cinta pertamanya pada seorang pemuda di usia 15 tahun, memberinya inspirasi yang tak pernah kering. Walaupun bukan penulis, tetapi pemuda itu telah memberikan ruang gerak yang luas dan waktu yang tidak terbatas pada Lan Fang sehingga memacunya untuk berkarya. Ketika semua isi kepala dan hatinya itu dituangkan ke dalam tulisan dengan sangat lancar, Lan Fang merasa takjub ketika menyadari tulisan itu sudah berbentuk cerita. Sekadar iseng, ia kemudian mengirim cerita pendek pertamanya yang berjudul Catatan Yang Tertinggal itu ke majalah Anita Cemerlang pada tahun 1986. Ternyata cerpen tersebut langsung dimuat sebagai cerita utama di halaman depan.
Setelah itu Lan Fang jadi ketagihan menulis. Ketika menulis, ia menemukan dimensi baru tanpa ruang dan waktu, tempat ia bisa merasa bebas melompat-lompat dari dunia satu ke dunia lain. Ia merasa bebas mengungkapkan apa yang ia pikirkan, rasakan, bayangkan, pertanyakan, tanpa adanya benturan dengan batasan-batasan.
Pada periode 1986-1988, ia cukup banyak menulis cerpen remaja yang bertebaran di majalah-majalah remaja seperti Gadis, terutama Anita Cemerlang. Kebanyakan cerpen yang ia tulis bernapaskan cinta dengan banyak pengaruh tulisan Kahlil Gibran.
Sejak tahun 1997, ibu dari kembar tiga ini berulang kali memenangkan berbagai lomba penulisan. Di tahun tersebut, cerbernya Reinkarnasi menjadi Juara Penghargaan Lomba Mengarang Cerber Femina dan cerpennya Bicara Tentang Cinta, Sri… menjadi Juara II Lomba Cerpen Tabloid Nyata. Di tahun 1998, karyanya yang berjudul Pai Yin menjadi Pemenang Penghargaan Lomba Mengarang Cerber Femina. Di tahun yang sama cerpennya Bayang-Bayang pun menjadi Pemenang II Lomba Mengarang Cerpen Femina. Selain itu, cerpen Ambilkan Bulan, Bu… menjadi karya layak muat untuk Femina.
Ia sempat vakum selama lima tahun dari dunia tulis-menulis, karena sibuk berkonsentrasi dalam merintis karier di sebuah bank nasional swasta di Surabaya sampai tahun 2000. Saat ini, ia bergabung di sebuah perusahaan asuransi jiwa asing di kantor cabangnya di Surabaya.
Akhirnya pada tahun 2003 ini, Lan Fang berhasil menyelesaikan tulisannya yang mengendap selama jangka waktu itu. Karyanya yang berjudul Kembang Gunung Purei tersebut pun menjadi Pemenang Penghargaan Lomba Novel Femina 2003.
Dalam kesehariannya, ibu dari Vajra Yeshie Kusala, Vajra Virya Kusala, dan Vajra Vidya Kusala ini sangat mensyukuri keberadaan 3 Vajra = 3 Kekuatan yang di-milikinya sebagai sumber semangat dan motivator kuat untuk selalu bisa bertahan di saat-saat sulit.
Pada pembukaan novel Kembang Gunung Purei, Lan Fang menulis puisi sebagai berikut :
(Surabaya, 5 Agustus 2003)
Saat-saat kutulis bagian tengah buku ini di
Ujung kakinya…
Saat-saat tidak bisa menyelesaikan bagian akhir
Buku ini…
Karena…
Ia memberiku…
Tidur panjang yang cantik…
Mati indah,
Tapi meninggalkan ngilu dalam dan panjang…
Sehingga…
Buku ini…
Tidak pernah selesai…..
Lan Fang meninggal dunia pada tanggal 25 Desember 2011 di Rumah Sakit Mont Elisabeth Singapura, Minggu siang ketika sebagian dari kita merayakan hari Natal. Lan Fang mengalami tidur panjang yang cantik dan mati yang indah.
Jakarta, 25 Desember 2011
2 komentar:
Bangga saya dengan anak negeri yg satu ini. meski keturunan, namun kekuatan cintanya pada dunia menulis telah menyebrangkan identitasnya menjadi permata indonesia. Selamat jalan lan Fang!, kau tetap menginspirasi indonesia untuk terus berkarya.
Hai Mas Bamby. Perkenalkan, aku Setiawan Chogah. Aku suka cerpen-cerpen Mas Bamby, terutama yang Tentang Ayah di Majalah Story.
mampir ke blogku ya Mas :) www.setiawanchogah.blogspot.com
Posting Komentar