Sabtu, 31 Januari 2009

Saya dan Milis Apresiasi Sastra (Apsas)

Foto ini saya ambil saat menghadiri HUT milis APSAS ke-4 di Gedung HB Jassin TIM Cikini Jakarta tanggal 31 Januari 2009. Dan di bawah ini cerpen situasi perayaannya :

Cerpen : MENYAHUT SAUT

AC di ruangan HB Jassin menjadi sangat dingin, padahal di gedung itu telah berkumpul seratusan orang, yang kemudian diklaim oleh pembawa acara, sebanyak dua juta orang. Termasuk aku, yang menggigil memeluk lutut di atas karpet merah kedinginan.

Dingin AC menyelinap masuk ke dalam celanaku, tentu saja anuku mengkerut. Bukan itu saja, dinginnya AC membuatku harus pulang-pergi lari ke toilet di gedung itu.

Di Gedung ini, banyak orang yang telah kukenal, tetapi lebih banyak orang yang tak kukenal. Tetapi sungguh aneh, banyak juga yang mengenalku. Mereka dengan berbinar menyapaku: “Hallo Bamby!”

Tentunya aku sangat senang, tidak kusangka aku sedemkian tenar di ruang ini. Namun sesaat kemudian, aku baru menyadari. Tertempel name tag bertuliskan BAMBY yang cukup besar di dada kananku. Oh, pantas, batinku melirik name tag darurat itu.

Pada saat menuju lorong toilet, aku melihat sesosok orang yang sangat kukenal sedang berbincang-bincang dengan beberapa orang yang mengelilinginya. Orang itu sepertinya mendominasi pembicaraan seraya tanpa henti mengisap rokok kreteknya. Sesekali, temannya yang lain menyela, lalu mereka tergelak. Terkikik-kikik. Aku juga tersenyum-senyum sendiri melihat mereka.

Terus terang aku ingin menegur sosok berambut gimbal panjang, dengan pelentiran kepang gaya rapper dan berbadan tambun itu. Aih, anda juga pasti sudah mengenalnya pembaca yang budiman, ia adalah Saut Situmorang.

Selepas melepas hajat kecil yang mengalir terus menerus akibat kedingan, aku bermaksud menyambangi Saut Situmorang. Tetapi keraguan menyeruak. Maklum, aku keder duluan melihat kumisnya yang melintang, suaranya saja berat bikin gemetar. Seram. Bisa terkencing-kencing aku kalau menyapanya duluan.

Tuhan mahapemurah dan penolong. Saat ke luar dari toilet, aku melihat sesosok orang yang lebih kukenal, ia sedang menyedot asap rokok dan menghembuskan pelan-pelan. Ia mengintip dari balik kaca jendela ke arah panggung. Pembaca yang budiman, anda pasti sudah tahulah, orang itu Hudan Hidayat.

Aku mencolek Hudan dan sambil berkata,”Mas, ngintip apa kau?”

“Hei Bam, dari mana kau?” tanyanya.

“Toilet mas,” jawabku pendek.

“O ya, kau sudah kenal dengan teman-teman di sini?” tanya Hudan lagi sambil menunjuk orang-orang yang mengelilingi si rambut gimbal Saut Situmorang.

“Aku sudah kenal mereka, tetapi aku belum salaman dengan mereka mas,” kataku malu-malu selayak anak perempuan mau berkenalan dengan seorang lelaki idaman.

“Kau salaman dululah,” kata Hudan sambil menyeretku mendekati gerombolan itu. Tentu saja dalam hatiku sangat senang. Pucuk dicinta, ulampun tiba. Batinku gembira. Ini yang kuharapkan.

Maka dengan sangat bersemangat, aku lalu menyalami Saut Situmorang sambil memperkenalkan diri. Maaf, pembaca, ternyata Saut Situmorang sangat ramah dan tentu tidak seseram komentar-komentarnya dalam mengkritisi karya sastra. Saut menanyakan kabarku dan aku menyahuti ucapan Saut.

Kemudian, aku juga bersalaman berjabat tangan dengan Agus Noor cerpenis idolaku, lalu dengan sastrawan-sastrawan papan atas lainnya. Semuanya sangat baik dan tersenyum sambil salaman kepadaku.

Kulihat agak jauh di sisi kiri Saut Situmorang, seorang berperawakan kurus dan berambut gondrong. Pasti dia seorang penyair juga, kataku dalam hati. Lalu aku mendekatinya sembari tersenyum aku menyalaminya juga.

Saat itu Hudan Hidayat ikutan tersenyum lalu terkikik dan nyeletuk. “Aih, aih… Bamby, bamby, kau ini memang sangat ramah dan baik hati. Tukang rokok pun kau salami!”

Ruangan yang dingin akibat AC yang berhembus kencang seketika menjadi hangat oleh gelak tawa yang hebat. Bahuku terguncang-guncang tertawa sendiri.***


Jakarta, 31 Januari 2009

Sepulang dari HUT Apresiasi Sastra (APSAS) ke-4 di Gedung HB Jassin Taman Ismail Marzuki- Cikini- Jakarta.

Selasa, 20 Januari 2009

Saya dan Hamsad Rangkuti


Saya bertemu dengan beliau saat malam anugerah KLA 2008. Saya sangat kagum dengan cerpenis kawakan ini. Punya prinsip dan semangat muda! Bang Hamsad, thanks!

Minggu, 18 Januari 2009

Saya dan Hudan Hidayat


Saya akhirnya bertemu dengan seorang penulis yang saya sangat kagumi karya-karyanya, Hudan Hidayat. Nyentrik habis beliau.

Minggu, 02 November 2008

Saya dan Presiden


Hari ini, entah kenapa tiba-tiba saya dipanggil oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Seorang utusan pribadi presiden menemui saya di rumah. Tentu saja saya sangat terkejut, karena sejak beliau menjabat presiden, baru kali ini saya dipanggil untuk menemuinya.

“Bapak ditunggu oleh Presiden saat ini juga,” kata pria berjas hitam parlente.

“Eh, iya…iya. Boleh saya ganti baju dulu?” tergagap saya menanggapi perkataan Andi Alvian Mararangeng.

“Sudahlah, tidak perlu. Baju Bapak cukup rapi untuk menemui Presiden,” ujar Andi menggamit tangan saya bergegas menuju sebuah mobil yang telah menunggu.

“Pak Presiden lagi pegal-pegal, beliau minta dipijat!” lanjut Andi menjelaskan.

“Oh, pantas saya yang dipanggil!”

Rabu, 22 Oktober 2008

Presiden Tanpa Sepatu

Saat kali pertama menginjakkan kaki di tangga gedung ini, aku sempat diusir oleh petugas keamanan. Alasannya sangat tidak masuk akal, hanya karena aku yang masih berusia 7 tahun memakai sendal jepit. Orang tuaku sempat protes, tapi sia-sia, aku harus bersepatu untuk masuk gedung ini.

Gedung ini tidak banyak perubahan, yang berubah adalah keramaian depan jalanan. Suasananya lebih ramai dengan berbagai kendaraan canggih perseliweran. Cat yang membungkus gedung ini pun masih putih, seperti empat puluh tahun silam, saat gedung ini dibuka untuk umum.

Sekarang ini di Gedung Istana Merdeka, aku berdiri di tangga berundak sebagai Presiden Republik Indonesia dan tidak bersepatu.

Selasa, 07 Oktober 2008

Tentang Pemilik Situs Ini


Perkenalkan, namaku Bambang Cahyadi. Namun, apabila mau panggil aku dengan Bamby berarti anda telah sangat akrab denganku. Posturku tidak segagah namaku yang Bambang itu, aku tidak tinggi tetapi aku juga tidak mengakui kalau aku pendek. Toh, kalau aku dikatakan berperawakan kecil aku lebih bisa menerimanya.

Aku lahir di Manado, Sulawesi Utara pada tanggal 5 Maret 1970. Saat ini aku sudah menikah dengan seorang perempuan cantik dan penuh pengertian, namanya Ida Komariah (nama kesayangannya Chinot).

Aku bukan penulis, tetapi sangat ingin menjadi penulis. Karena pekerjaanku saat ini tidak ada hubungannya dengan dunia tulis menulis, aku bekerja di McDonald’s Indonesia saat ini jabatanku Store Manager. Terkadang aku merasa hidup di dunia khayal dan imajinasiku. Seperti mimpi yang berakhir saat aku terbangun.

Mimpi, itulah yang ingin aku bangun dalam keterjagaan. Karena dengan mimpi aku berusaha untuk hidup mendirikan imajinasi dalam rangkaian kata menjadi cerita.